SHARM EL-SHEIKH(Cakrawalaindonesia.id) – PT PLN (Persero) terus membuka kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung transisi energi. Kali ini, PLN bersama The U.S. National Renewable Energy Laboratory melakukan penandatanganan _Memorandum of Understanding_ (MoU) terkait pelaksanaan transformasi sistem tenaga listrik global (G-PST) pada agenda COP27 di Sharm El Syeikh, Mesir (8/11).
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi dan Pricipal Investigator The U.S. National Renewable Energy Laboratory, Tim Reber, serta disaksikan langsung oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo.
Darmawan mengatakan bahwa kerja sama ini akan menciptakan sinergi yang bermanfaat untuk penguatan sektor kelistrikan, khususnya dalam mendukung transisi energi. Hal ini perlu disiapkan karena pembangkit EBT yang sifatnya _intermittent_ sehingga membuat proses pemasokan daya listrik tidak tersedia secara terus menerus dikarenakan faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol, misalnya hilangnya cahaya matahari akibat tertutup awan.
“Komitmen mencapai _net zero emission_ di tahun 2060 mendorong PLN untuk menambah kapasitas energi baru terbarukan (EBT) secara agresif. Dengan karakteristik _intermittent_ pembangkit EBT, kita perlu membangun kapasitas teknologi yang mumpuni untuk mengoperasikan sistem tersebut,” ungkapnya.
MoU PLN dengan U.S. National Renewable Energy Laboratory melingkupi beberapa hal penting, yaitu penguatan sektor energi dalam hal pengoperasian sistem dan transmisi tenaga listrik, integrasi energi terbarukan ke dalam jaringan tenaga listrik, memajukan transisi menuju sistem operasi kelistrikan yang modern. Kedua belah pihak juga akan berdiskusi penetapan regulasi, pengembangan pelatihan dan pendidikan terkait, dukungan fasilitas dan teknologi, perkuatan perencanaan dan analisa sistem tenaga listrik, dan pengembangan inovasi atau kolaborasi nasional.
“Hari ini kita bekerja sama dengan _Global Power System Transformation,_ tergabung bersama pengembang ketenagalistrikan dunia seperti CAISO, AEMO, hingga ERCOT. Ini artinya saat ini kita berada di garis terdepan dalam akumulasi pengetahuan, teknik, _skill,_ dan teknologi kelistrikan,” tambahnya.
Ia menambahkan dalam proses transisi energi, PLN perlu bertransformasi dan mempelajari _core_ kompetensi dan skill baru untuk menghadapi tantangan di masa depan. Sehingga ia berharap MoU ini bisa diterjemahkan dalam operasi konkret di lapangan.
“Dalam MoU ini kita bersama akan mengkaji penggunaan teknologi terbaru di sektor ketenagalistrikan. Kita juga akan memberikan pelatihan untuk para pegawai sehingga mereka siap untuk menghadapi segala tantangan,” tambahnya.
Dengan nota kesepahaman ini, ia menekankan pentingnya kolaborasi bersama dalam mendorong transisi energi.
“Kolaborasi ini membuka mata kita bahwa transisi energi tidak bisa dijalankan sendiri-sendiri. Jalan satu-satunya adalah dengan kolaborasi,” tutup Darmawan.